Wayag - Dangerously Beautiful

"Belum ke Raja Ampat kalo belum ke Wayag. Jauh pisan. Tapi mun ke sana mah terbayar da", kata akang-akang di resort tempat saya menginap yang ternyata adalah orang Cibereum, Bandung. Sempat kaget saat sedang asik leyeh-leyeh ngapung di laut sehabis diving menikmati senja, tiba-tiba ada orang yang ngajakin saya ngomong pake bahasa Sunda gara-gara dia denger saya dan Wira ngomong pake aing-maneh (haha ketauan orang Dayeuh Kolot). Dan belakangan saya baru tau kalo manajer resortnya juga orang Bandung. Haduh, jauh-jauh ke Papua ketemunya orang Sunda juga. Pas saya tanya jawabannya cuma "iya nih kemarin sih lagi main di Pangandaran, tau tiba-tiba hanyut sampai ke sini". Oke, tips murah ke Raja Ampat : mulailah dari Pangandaran. 

Memang benar jika ada orang yang berkata bahwa belum ke Raja Ampat jika belum ke Wayag. Karena Wayag sendiri jaraknya sangat jauh dari Waisai, ibukota Kabupaten Raja Ampat yang ternyata besaaar sekali ruang lingkupnya. Memakan waktu sekitar 6 jam perjalanan dengan kapal motor dari Waisai yang terletak di pulau Waigeo, pulau terbesar di kabupaten Raja Ampat. Waiwo Dive Resort, tempat saya menginap juga terletak di pulau Waigeo. Dan ketika saya sampai di sana, saya langsung membatin "mana Raja Ampatnya nih?" Haha. Karena belum menemui pemandangan khas ala gambar-gambar di google berupa laut hijau toska dengan bukit-bukit karst yang menjulang.

Frankly said, I'm a lucky bastard! Haha. Gimana engga, karena ternyata tour gratisan ini juga mencakup perjalanan ke Wayag. Saya sempat iseng melihat list harga tour yang ditawarkan Waiwo Dive Resort, dan agak tercengang saat tau harga sewa kapal dari Waiwo ke Wayag adalah seharga 10,5 juta. Itupun menggunakan kapal biasa yang membutuhkan waktu 6 jam. untungnya kapal yang disewa oleh panitia dari susu Hilo selama 3 hari yang setia mengantarkan kami kemana-mana adalah speedboat dengan mesin turbo. Perjalanan ke Wayag yang tadinya 6 jam bisa dipangkas jadi 3 jam saja. Saya udah gak paham lagi itu bayar kapalnya berapa duit.

Pemandangan pagi hari menuju Wayag

Pagi hari pukul setengah 7 waktu Indonesia bagian Timur, kami pun bertolak dari Waiwo menuju Wayag. Langit Papua benar-benar indah! Langitnya bersih tanpa polusi dan awannya menggumpal bagus seperti permen gula-gula kapas. Dalam perjalanan ke Wayag, kami melewati Teluk Kabui yang disebut sebagai miniatur Wayag. Oke, sudah mulai berasa Raja Ampat di sini. Namun berbeda dengan Wayag yang bukitnya lebih tinggi dan runcing, Teluk Kabui mempunyai bukit-bukit yang lebih rendah dan landai. Wajar saja jika disebut miniatur. Kapal kami pun melaju melewati bukit-bukit seakan melewati sebuah labirin di tengah lautan meninggalkan Teluk Kabui untuk menuju Wayag yang sesungguhnya.

Saya di Teluk Kabui.

Wayag merupakan salah satu daerah konservasi terumbu karang. Oleh karena itu setiap kapal yang ke sana harus ekstra hati-hati, terutama saat melewati perairan yang agak dangkal agar tidak merusak karang.

Untuk memasuki kawasan Wayag, setiap orang wajib membeli entrance pin seharga 250 ribu untuk turis lokal dengan masa berlaku setahun. Setahun di sini maksudnya bukan setahun dari tanggal pembelian. Akan tetapi pihak pemerintah Kabupaten Raja Ampat mengeluarkan entrance pin itu setiap tahunnya, dengan periode Januari - Januari. Jadilah pin saya yang dibeli di bulan Desember 2012 hanya berlaku hingga Januari 2013. Haha agak sedih tapi yaudahlah ga mungkin bisa balik kesitu juga kalau pakai duit sendiri :P

Melipir ke sini dulu sebelum bisa masuk ke Wayag.

Setelah melapor di pos jaga di pintu masuk Wayag dengan menunjukkan entrance pin, tibalah kami di kepulauan Wayag. Ini baru Raja Ampat! Dengan bukit-bukit kecil yang menjulan tinggi runcing dan lautan yang biru jernih. Tuhan memang Maha Canggih. Kamera secanggih apapun yang diciptakan oleh manusia memang tidak akan bisa mengalahkan kamera paling canggih di semesta, yaitu kedua mata ini. Menikmati pemandangan dari bawah belum cukup katanya. Untuk mendapatkan pemandangan yang lebih indah lagi, kita harus menaiki salah satu bukit di sana.

Awalnya saya pikir medan yang ditempuh adalah trekking biasa. Akan tetapi kapal kemudian semakin merapat dan hampir menubruk bukit didepannya. Perlahan awak kapal mulai mengeluarkan tali lalu menambatkan kapal di salah satu pohon terdekat. Didepan mata sudah terlihat bebatuan kapur yang harus dipanjat. Dafuq.

Kapal merapat, tidak ada tepian yang landai jadi harus langsung memanjat ke atas. Bukitnya jadi terlihat agak landai gara-gara efek lensa 14 mm. Foto © Wira Nurmansyah

Wayag, dangerously beautiful. Literally dangerous. Bayangkan memanjat bebatuan kapur tanpa pengaman apapun dengan kemiringan bisa mencapai hampir 90 derajat dan jika salah-salah berpijak ada air laut yang biru siap menampung kita. Saya yang olahraga paling banter cuma berenang sekali seminggu dengan cepat langsung kekurangan stamina. Belum lagi matahari yang terik membuat bebatuan menjadi sangat panas dan sangat menyakitkan jika harus memegangnya dengan tangan telanjang. Beruntung sekali saat itu saya memakai sendal gunung yang ternyata sangat membantu.

Sedikit tips melakukan perjalanan ke Wayag :
  1. Bawalah topi atau apapun untuk melindungi kepala. Matahari jumlahnya ada 9 di sana!
  2. Bawa jaket, manset atau apapun untuk melindungi lengan. Dan kenakan celana panjang ketika hendak memanjat bukit di Wayag. Saya memakai celana pendek dan itu adalah kesalahan besar.
  3. Pakailah sepatu, minimal sendal gunung. Travel mate saya yang menggunakan sendal jepit sangat tersiksa dan pada akhirnya sendal jepitnya menjadi hancur tak berbentuk.
  4. Sarung tangan sangat membantu untuk melindungi tangan dari panas bebatuan dan pohon-pohon yang kebanyakan berduri.
  5. Sunblock, jika tidak ingin kulit terbakar

Aslinya jauh-jauh lebih indah.

Panorama fail yang dibuat dengan kondisi tangan gemetaran. Masih layak pajanglah kalau ukurannya kecil :P

Selama memanjat ke atas saya tak henti-hentinya berpikir "What am I doing here??" dan terus bertanya kepada guide, "mas ini ntar turunnya gimana?" dan sedikit berdoa semoga ada jalan turun yang lebih manusiawi. Dan jawabannya "ya ntar jalan mundur mba turunnya. merayap", sukses membuat saya agak malas melanjutkan perjalanan ke atas.
 
Bukti udah nyampe atas. 
Sesampainya di atas? Subhanallah, bukan main rasanya. Semua effort yang dikeluarkan saat memanjat terbayar lunas! Walaupun di atas saya gemetaran bukan main karena takut ketinggian, tapi pemandangannya terlalu sayang untuk dilewatkan. Saya tidak banyak memotret di atas. Juga tidak banyak difoto dan semua foto saya yang di atas mukanya tegang semua dengan senyum maksa. Hahaha. Saya lebih banyak duduk meredakan degup jantung yang sangat kencang dan merasakan keringat yang tak henti-hentinya mengalir sambil menikmati pemandangan. Salah satu pemandangan terbaik yang pernah saya lihat. Picture sure will explain more. Tapi kalau mau lihat foto Wayag yang lebih spektakular, mungkin bisa di lihat di blog teman saya yang foto-fotonya sering bikin saya minder. Bisa dilihat di sini.

Perjalanan turun ternyata benar lebih menegangkan. Akan tetapi saya sukses pada akhirnya sampai di kapal dengan selamat. Rasanya lega tak terkira ketika menjejakkan kembali kaki ini ke kapal. Salah satu yang sering tanpa sadar saya lakukan ketika bepergian adalah menaklukkan ketakutan saya sendiri dan pada akhirnya berhasil lebih memahami diri saya sendiri.

Letak Wayag yang sangat jauh dan betapa sulitnya perjuangan yang diperlukan untuk melihat pemandangannya mungkin menjadikan keindahan Wayag menjadi tidak ternilai harganya. Alam di sana yang masih benar-benar alami dan sangat terjaga karena jarang dijamah termasuk sulit ditemui di Indonesia yang kebanyakan sudah tercemar oleh tangan-tangan manusia yang usil. Semoga Wayag tetap lestari, dan tetap indah senantiasa.

Mejeng gapapalah ya, blog saya ini. Haha. 

Setelah lelah memanjat, kapal kami merapat di pantai berpasir putih yang indah sekali. Makan siang terasa sangat nikmat ketika disuguhi pemandangan seindah itu. Kami beristirahat sejenak karena setelahnya kami akan menuju Manta Point di Arborek untuk melihat Pari Manta. Berhubung postingan ini udah kepanjangan, jadi more on that later... :D

Panorama Pantai Wayag, agak fail. Difoto menggunakan kamera ponsel saya.

4 comments